“Suatu kali aku membuka bimbingan belajar di desa, kemudian ada seorang anak SD bertanya tentang pelajaran sekolah, dan sedihnya adalah; aku tidak bisa menjawab!,” ucap Daniel Meta.
Siang itu kami mendaki jalan desa di lereng gunung Merbabu. Di antara kebun-kebun sayur. Kami berbincang dengan Daniel Meta, seorang supervisor Future Center untuk wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Kami ingin tahu seperti apa wajah pedesaan yang ia jumpai setelah sekian tahun berkeliling di unit-unit pelayanan PESAT di pelosok Jawa.
“Awalnya aku sempat sedih, kok tidak bisa menjawab pertanyaan anak padahal hanya pelajaran sekolah dasar,” Daniel melanjutkan. Tapi kemudian dia berpikir, kalau aku saja yang sarjana tidak bisa jawab, bagaimana dengan orang tua mereka yang mungkin hanya lulus SD? Pasti jawabannya adalah… “Aduh… bapak ndak ngerti, nak…!”
Dari situ saya lalu melihat bahwa apa yang kami lakukan di Future Center sungguh memainkan peran penting dalam pertumbuhan anak-anak desa. Mereka butuh orang yang membimbing dalam pendidikan atau kerohanian seperti yang kita kerjakan.
Di banyak tempat kami menemui banyak anak putus sekolah, tidak mau melanjutkan sekolah justru tidak semata-mata karena alasan ekonomi saja, tapi yang paling banyak adalah karena tidak ada bimbingan. tidak ada yang mendukung, menolong, atau memotivasi mereka. jadi di desa-desa, anak-anak butuh kakak-kakak rohani yang bersedia mendukung mereka. Nah itu yang Future Center kerjakan.
Memang bukan pekerjaan instan, ini perlu waktu yang terus-menerus. Seperti contoh ada di satu Future Center kami di Jawa Timur. Dua dekade lalu, kami masih menjumpai ada tradisi menikahkan anak-anak usia belasan, biasanya setelah lulus SD. Anak-anak yang harusnya di usia itu duduk di bangku SMP, justru dinikahkan. Bahkan dibilang perawan tua hanya karena belum menikah di usia 18 tahun. Ini tentu miris, karena kami bertemu langsung dengan anak-anak yang terpaksa menikah ini, “Saya sekarang kalau melihat anak berseragam sekolah SMP-SMA itu masih iri dan sedih, karena aku dulu masih ingin sekolah tapi tidak bisa,” kata seorang mantan murid TK kami dulu, kini ia sudah memiliki anak yang duduk di SD.
Tradisi semacam ini tentu, tidak baik dampaknya bagi anak-anak, mereka tidak bisa mencapai potensi maksimal mereka seperti yang Tuhan rencanakan. Dari situ guru-guru kami perlahan mulai memberikan penyuluhan, meski awalnya sulit, tapi seiring berjalannya waktu, kita tidak lagi menjumpai ada anak-anak yang dinikahkan di desa ini. Puji Tuhan.
Di Jawa Tengah dan Jawa Timur saya dipercaya menjadi supervisor di 6 lokasi pelayanan kita, dan melayani sekitar 520 anak dari usia dini hingga SMA. Berbagai program dijalankan di unit-unit pelayanan ini, Harapan terbesar saya dan rekan-rekan guru pembina lainnya tentunya anak-anak yang kami layani ini di masa depan, ketika mereka sudah jadi pemimpin, nilai-nilai yang sudah kami tanamkan tetap hidup dalam karakter mereka. Nilai-nilai tentang integritas, pemimpin yang takut akan Tuhan, peduli pada anak-anak miskin di pedesaan. Kalau mereka bisa menghidupi itu, kepemimpinan mereka tentunya akan semakin besar dampaknya. (ton)
* PESAT (Pelayanan Desa Terpadu) adalah lembaga pelayanan Kristen interdenominasi yang sejak 1987 terpanggil untuk membangun dan meningkatkan harkat hidup masyarakat desa melalui pelayanan pendidikan.
*Future Center adalah program pembinaan anak usia 0 – 18 tahun yang bertujuan untuk memunculkan potensi seorang anak sepenuhnya dan mengembangkan kapasitas kepemimpinannya sehingga ia menjadi sebagaimana yang Tuhan rencanakan.
Sponsori seorang anak desa di
Saksikan kami di Channel YouTube: https://www.youtube.com/@PesatOrg/videos
WA: https://wa.me/6285101294002
Instagram: pesat_ministry
Untuk menginformasikan donasi anda silahkan hubungi kami di 0851 0029 4001 (Senin s/d Jumat, jam 9.00-17.00) atau kirim e-mail ke pesatjkt@gmail.com