Cerita berbagi dari Lereng Gunung
“Kami membawa bekal makanan kami masing-masing, lalu berbagi. Kalau aku lagi bawa makanan atau kue, aku akan berbagi dengan teman yang tidak membawa makanan,” sambil meniti jalan tanah yang becek Shela bercerita. Kata ibu guru di Future Center, kami harus berbagi. Aku senang karena ibu guru selalu ajarkan yang baik kepada kami, katanya lagi.
Gerimis sore itu kami menuju sebuah rumah mungil di antara kebun jati di desa Purwosari, lereng gunung Merbabu, Jawa Tengah. Kebun palawijaya yang baru ditanami menyambut kami di pekarangan. Ini adalah rumah Shela, bocah perempuan yang masih duduk di kelas 2 SD. Ibu dan adik-adiknya menyapa ketika kami tiba. Lantai rumahnya masih tanah. Di ruang tamu kami ramai-ramai duduk di bale-bale, ibunya menyuguhkan teh panas.Bapak masih di kebun, ia sedang kesulitan karena hasil kebun kurang bagus, kata Insiyah, sang ibu. Harga sedang turun, dan itu tidak sebanding dengan biaya yang kami keluarkan selama menanam. Ia dan suaminya menanam kubis di kebun mereka di lereng gunung.
Di dalam rumah ada bayi burung yang baru menetas. Ibunya mengurus dan memberikan makan kepada burung-burung kecil itu. Kalau sudah besar dan bisa berkicau mungkin harganya mahal, kata Shela. Keluarganya menyambut kami dengan hangat, adik bungsunya masih dalam gendongan sang ibu, Dewi, kakak Shella ikut sibuk menyuguhkan kudapan untuk kami. Dewi terlihat sangat ceria. Ia baru pulang dari Future Center, bersama-sama teman-teman kelas 5 SD kami barusan praktek wirausaha membuat bubur sumsum lalu keliling menjajakan dagangan, semuanya habis dibeli orang, katanya semangat.
Semangat SekolahSetiap pagi ia dan teman-teman berjalan kaki ke sekolah di desa sebelah. Jam enam pagi dalam cahaya yang masih remang bocah-bocah kecil ini sudah meniti langkah, menyusuri jalan desa yang meliuk naik-turun. Shela sangat bersemangat, hanya ia dan kakak perempuannya yang bersekolah, kakak lelakinya tidak sekolah, karena ikut membantu ayah di ladang.Aku membawa bekal makanan ke sekolah, ubi rebus, pisang, kadang kue. Aku juga kadang membaginya dengan teman-teman yang tidak membawa bekal makanan, terang Shela. Meski hidup cukup sederhana, keluarga Shela tak pernah lupa untuk bisa berbagi dengan orang lain. “Ibu guru di FC selalu mengajari kami untuk berbagi,” ucap Shela.
Gadis kecil yang murah senyum ini juga punya tugas di rumah. Sepulang sekolah, Shela membantu ibu menjaga adik bungsunya yang baru berumur 1 tahun. Kakak perempuan dan ibunya juga mengurus kebun kecil dan ayam peliharaan mereka.Shela suka pelajaran kesenian, ia gemar menggambar, menari, dan menyanyi. Shela bahkan pernah tampil menari dan menyanyi di acara Natal FC Purwosari. Bocah cerdas ini ingin menjadi dokter. Biar bisa menolong orang-orang desa, katanya.Semangat berbaginya sangat kuat terasa, terimakasih kepada Future Center dan para sahabat sekalian, berkat dukungan anda, kita bersama-sama telah membentuk anak-anak dengan karakter yang baik, seperti yang Tuhan inginkan. (Bella/Tony)
* PESAT (Pelayanan Desa Terpadu) adalah lembaga pelayanan Kristen interdenominasi yang sejak 1987 terpanggil untuk membangun dan meningkatkan harkat hidup masyarakat desa melalui pelayanan pendidikan.
*Future Center adalah program pembinaan anak usia 0 – 18 tahun yang bertujuan untuk memunculkan potensi seorang anak sepenuhnya dan mengembangkan kapasitas kepemimpinannya sehingga ia menjadi sebagaimana yang Tuhan rencanakan.
Sponsori seorang anak desa di https://bit.ly/DataSponsor-FC
Saksikan kami di Channel YouTube: https://www.youtube.com/@PesatOrg/videos
WA: https://wa.me/6285101294002
Instagram: pesat_ministry
Untuk menginformasikan donasi anda silahkan hubungi kami di 0851 0029 4001 (Senin s/d Jumat, jam 9.00-17.00) atau kirim e-mail ke pesatjkt@gmail.com