Oleh: Hans Geni Arthanto, MA
Kita hidup di masa yang luar biasa, baik di negeri ini maupun di seluruh dunia, orang hidup dengan berbagai kekacauan dan tantangan. Baru-baru ini ada penyanderaan beberapa misionaris Korea oleh milisi Taliban. Hanya dalam waktu yang singkat beritanya menyebar ke seluruh dunia. Gereja orang percaya, badan misi juga mendapat berita dan segera berdoa. Begitu cepatnya dunia terhubung, sangat berbeda dengan puluhan tahun lalu.
Dunia kini mengalami tantangan yang semakin menjadi-jadi, termasuk Negara ini. Tapi di balik ini semua kita justru percaya bahwa kita akan mengalami, akan melihat karya Tuhan, akan melihat campur tangan Tuhan yang semakin besar. Karena waktu tantangan besar, badai besar datang, di situ juga Tuhan hadir. Tuhan mau supaya kita, segenap umat-Nya, mengalami pengalaman bersama Tuhan. Pernyataan Tuhan yang makin nyata dalam hidup saudara, keluarga saudara, dan masyarakat di sekitar kita akan membuat dunia melihat bahwa Tuhan Yesus itu ada.
Saya juga rindu melihat pekerjaan tangan Tuhan yang semakin besar. Tiga tahun ke depan saya berdoa kepada Tuhan untuk dapat memperkuat seribu gereja di desa, dan membangkitkan 50.000 (lima puluh ribu) generasi baru. Generasi baru itu adalah anak-anak yang mengenal Tuhan Yesus, mengerti tujuan hidupnya, tahu potensinya, dan bisa mencapai potensinya.
Di satu daerah dingin dan bersalju, hidup seorang bapak tua (Pak Tua – red) yang berdiri di tepi sungai yang airnya sudah mulai menjadi es, dan nampaknya bapak ini menyadari kalau begitu berbahanya menyebrangi sungai ini, ia takut kalau nanti bekuan air sungai yang dipijaknya akan jebol dan ia terperosok ke dalamnya lalu hanyut terbawa derasnya sungai. Akhirnya ia pun memutuskan mencari pertolongan. Tak lama kemudian ia mendengar derap kaki kuda. Benar saja, hatinya sontak gembira ketika dari kejauhan ia mulai melihat tiga orang penunggang kuda. Bapak tua itupun menunggu dengan penuh harap, semakin dekat, semakin dekat, akhirnya tibalah para penunggang kuda itu sudah hampir mendekatinya, dengan tatapan penuh harap pak tua menatap mata ketiga orang itu, tapi orang yang ditatap nampak tak perduli dengan dia dan malah lewat begitu saja pergi menyeberangi sungai. Ia pun sangat kecewa. Beberapa lama kemudian ia kembali mendengar derap kaki kuda, tapi kali ini hanya satu kuda, semakin dekat dan dekat, akhirnya ia dapat memandang wajah penunggangnya mereka pun bertemu pandang. Kali ini tatapannya berbeda, Pak Tua itupun memberanikan diri untuk menyapa “Tuan, sudikah tuan untuk membantu saya menyeberangi sungai es yang deras itu?” Sang penunggang kuda pun menyambut dengan baik dan mau menolong. Tiba di seberang sungai Pak Tua itu minta untuk diturunkan, tapi sang penunggang kuda tak mengizinkan. “Daerah ini masih diliputi salju, akan sangat dingin dan terlalu berbahaya untuk orang setua Anda, biarlah saya antar sampai tujuan,” ucap sang penunggang kuda dengan ramah dan santun. Pak Tua pun tidak bisa menolaknya, akhirnya mereka pun sampai di tujuan, Pak Tua mengucap beribu terima kasih. Tapi ketika hendak pergi sang penunggang kuda itu sontak bertanya, “Pak Tua, kalau tak salah di depan saya ada tiga penunggang kuda yang lebih dahulu menyeberangi sungai, lalu mengapa anda tidak meminta tolong pada mereka?” Pak Tua menggelengkan kepalanya lalu menjawab “Betul, Tuan. Tapi aku menatap mata mereka dan tak ada belas kasihan di sana. Sepertinya mereka bukan jenis orang yang peduli dengan sesamanya. Berbeda dengan Tuan, aku bisa menemukan sinar kebaikan dan belas kasih memancar dari mata tuan,” lanjut Pak Tua. “Oh… terima kasih, ini pelajaran berharga buat saya, saya akan belajar mengasihi sesama, “ lanjut penunggang kuda seraya melambaikan tangan dan memacu kudanya berlalu. Penunggang kuda dalam kisah di atas adalah Thomas Jefferson, presiden Amerika Serikat yang ketiga. Ia kembali ke gedung putih dan membawa satu pelajaran berarti: “Peduli dengan yang menderita untuk mengasihi sesama.”
1 Yohanes 3:11 dikatakan: Sebab itulah berita yang telah kamu dengar dari mulanya, yaitu bahwa kita harus saling mengasihi. 1 Yohanes 3:12, bukan seperti Kain, yang berasal dari si jahat dan yang membunuh adiknya. Dan apakah sebabnya ia membunuhnya? Sebab segala perbuatannya jahat dan perbuatan adiknya benar. 1 Yohanes 3:13, Jangan kamu heran, saudara-saudara, apabila dunia membenci kamu.
Di sini dikatakan dari semula engkau sudah mendengar perintah Tuhan; Tuhan ingin agar semua umatnya saling mengasihi sesama. Dari awal jaman, dari awal manusia dan alam semesta diciptakan, Tuhan katakan sangat baik pada semuanya itu, lalu Tuhan perintahkan manusia supaya ia mengusahakan, memelihara Taman Eden agar menjadi taman yang semakin baik lagi. Ketika Tuhan melihat Adam sendirian, Tuhan pun katakan kalau ia akan memberikan seorang teman yang akan menjadi penolong yang dapat melayani dan mengasihi.
Ini menjelaskan bahwa sejak awal dunia Tuhan menginginkan agar manusi saling mengasihi supaya segala sesuatu menjadi semakin baik. Bahkan Taurat kemudian memperjelasnya dalam Imamat 9 :18, “Bahwa engkau harus mengasihi sesama.” Kemudian dalam injil Matius pasal 22 tentang hukum yang terutama, yang pertama dan kedua, mulai ayat 37: Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu, dengan segenap jiwamu, dan dengan segenap akal budimu, itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Ayat 39: Hukum yang kedua yang sama dengan itu di katakan: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Dan bahkan Tuhan pun katakan, bahwa “Kepada kedua hukum inilah bergantung semua Hukum Taurat.”
Pewahyuan Tuhan itu makin maju, makin tinggi kualitasnya. Maka itu dalam Yohanes 13:34 Tuhan mengumumkan sebuah perintah yang baru yang mirip tetapi berbeda. “Aku memberikan perintah baru kepada kamu yaitu supaya kamu saling mengasihi sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi. ”Apakah perintah ini sama dengan yang sebelumnya? Tentu tidaklah sama. Sebab kalau sama, Ia tidak akan menyebutnya perintah baru. Betul bukan? Lalu di mana letak perbedaanya?
Pada perintah yang lama (Mat 22:39) dikatakan: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Lalu pada perintah yang baru (Yohanes 13:34). Tuhan katakan: Seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus mengasihi. (Perhatikan kalimat bergaris bawah). Lalu bagaimana Yesus mengasihi kita? Ia mengasihi kita dengan meninggalkan sorga. Ia tinggalkan ke-Allah-Nya, semuanya, datang ke dunia, menjadi bayi yang tak berdaya, menjadi anak manusia, mati di kayu salib, menderita habis-habisan untuk mengasihi kita dengan mengorbankan nyawa-Nya.
Jadi yang beda adalah stadarnya. Perintahnya tetap mengasihi sesama, tetapi tidak seperti kita mengasihi diri sendiri melainkan seperti Allah mengasihi kita. 1 Yohanes 3:12 berkata: “Demikianlah kita ketahui kasih Kristus yaitu bahwa Ia telah menyerahkan nyawa-Nya untuk kita, jadi kita pun wajib menyerahkan nyawa kita untuk saudara-saudara kita.”
Pertanyaan kita kemudian, mengapa ada orag yang tidak bisa mengasihi orang lain? 1 Yohanes 12 katakan: “Bukan seperti Kain, yang berasal dari si jahat dan yang membunuh adiknya. Dan apakah sebabnya ia membunuhnya? Sebab segala perbuatannya jahat dan perbuatan adiknya benar.” Orang jahat cenderung tidak suka dengan perbuatan orang baik. Betulkan? Bahkan dari dulu sampai sekarang, yang ada di dunia ini hanyalah pertentangan antara kebaikan dan kejahatan. Yang benar melawan yang jahat. Seorang koruptor tentu tidak suka dengan orang jujur. Benarkan? Karena itu Alkitab katakan, karena itu janganlah heran kalau dunia membenci kita, karena kita berasal dari yang benar.
Terus, bagaimana kita menghadapi kejahatan tersebut? Ada dua jawaban untuk itu, yang pertama: Berbicaralah tentang kebenaran. Di mana pun Anda berada, bicaralah, jangan disembunyikan. Sebab kalau kita tidak berbicara kebenaran, maka yang jahatlah yang akan berbicara. Alkitab berkata: “Di mana ada kefasikan suatu bangsa runtuh, tetapi bila ada kebenaran suatu bangsa akan tegar.” Orang dunia cenderung tidak percaya hal ini, mereka pikir kalau ada uang dan kekuasaan pasti akan tegar. Namun Alkitab juga memberikan kita contoh, Raja Nebukadnezar, dan Herodes, mereka diruntuhkan Tuhan karena perbuatan fasiknya. Jawaban kedua adalah melawan kejahatan dengan kebaikan. Kalau kita melawan dengan kebaikan itu sama dengan kita menimpakan bara api atasnya. Jangan salah merespon, sebab orang akan menyangka kita (orang kristen) sama saja buruknya.
Apa akibatnya tidak mengasihi? 1 Yohanes 3: 14 katakan: “Kita tahu bahwa kita sudah berpindah dari dalam maut ke dalam hidup, yaitu karena kita mengasihi saudara kita. Barangsiapa tidak mengasihi, ia tetap di dalam maut.” Kita tidak dapat beralasan untuk dapat mengelak dari kewajiban mengasihi sesama, karena di dalam diri kita memiliki kasih agape yang Allah berikan. Masalahnya hanya mau atau tidak? Lalu bagaimana kalau kita berkeras hati untuk tidak mau mengasihi sesama? Ayat selanjutnya dengan lebih tegas lagi mengatakan: “Setiap orang yang membenci saudaranya, adalah seorang pembunuh manusia. Dan kamu tahu bahwa tidak ada seorang pembunuh yang tetap memiliki hidup yang kekal dalam dirinya.”
“Barangsiapa mempunyai harta duniawi dan melihat saudaranya menderita kekurangan tetapi menutup pintu hatinya terhadap saudaranya itu, bagaimanakah kasih Allah dapat tetap di dalam dirinya.” Kita bisa mempelajari perikop 1 Yohanes 3:17 ini dengan memperhatikan kata-kata dengan huruf tebal setelah mempunyai dan melihat kemudian kita memiliki 2 pilihan: menutup dan membuka. Pilihan yang anda buat sendiri itu akan memutuskan apakah kasih Allah akan tetap atau pergi dari dalam diri Anda. Maka ayat 18 pun mengajak: “Anak-anakku, marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran.” Mengasihi dengan perbuatan yang benar, tidak boleh lain dari itu, atau Anda akan menjadi Robin Hood, yang merampok untuk menolong orang.”
Membuka pintu hati Anda untuk menolong dan mengasihi sesama bisa dimulai dengan tindakan yang paling sederhana. Beragam cara dan bentuk dapat kita lakukan untuk mengasihi sesama. Hal ini pula yang membuat saya bertekad untuk dapat melayani generasi baru bangsa ini sampai mereka mencapai kepenuhan potensinya, Mari bergabung untuk mengasihi sesama.
* PESAT (Pelayanan Desa Terpadu) adalah lembaga pelayanan Kristen interdenominasi yang sejak 1987 terpanggil untuk membangun dan meningkatkan harkat hidup masyarakat desa melalui pelayanan pendidikan.
*Future Center adalah program pembinaan anak usia 0 – 18 tahun yang bertujuan untuk memunculkan potensi seorang anak sepenuhnya dan mengembangkan kapasitas kepemimpinannya sehingga ia menjadi sebagaimana yang Tuhan rencanakan.
Sponsori seorang anak desa di
Saksikan kami di Channel YouTube: https://www.youtube.com/@PesatOrg/videos
WA: https://wa.me/6285101294002
Instagram: pesat_ministry
Untuk menginformasikan donasi anda silahkan hubungi kami di 0851 0029 4001 (Senin s/d Jumat, jam 9.00-17.00) atau kirim e-mail ke pesatjkt@gmail.com