Demi Semerbak Pandanwangi

“Uang tiga ratus ribu itu yang terkumpul dari semua orang tua murid, itu untuk membeli papan sisa potongan untuk membangun Taman Kanak-kanak,” Ibu Guru Maria Heksa mengulang kisahnya 18 tahun lalu di pelosok Indragiri Hulu, Riau Daratan, ketika ia merintis TK di sana, di tanah Orang-orang Suku Melayu.

Bangunan lama TKK Pandanwangi Terpadu.

Sejak dua dasawarsa lalu, PESAT mengutus guru-guru ke sini. Para perintis mendirikan taman kanak-kanak di antara kebun kelapa sawit dan pepohonan karet di tengah pemukiman mereka. Sangat tidak mudah awalnya. Masyarakat tentu melihat sebuah taman kanak-kanak sebagai sesuatu yang asing, yang hadir di halaman rumah mereka. Berbagai sikap curiga harus diterima para guru tentunya. “Sarjana, tapi mau masuk ke pedalaman sini, untuk apa? Mengapa tidak mengajar saja di kota?” beberapa pertanyaan masyarakat waktu itu. Di samping guru-guru perempuan ini juga harus berjuang untuk tinggal di daerah baru dengan fasilitas yang sangat minim.

Sebagian dari orang tua murid TKK Pandanwangi Terpadu.

“Waktu itu kondisi bangunan TK sangat tidak kondusif untuk anak-anak belajar apalagi untuk rumah dinas ibu guru. Kamar saya itu hanya disekat tripleks untuk memisahkan dengan kelas. Ruangan kecil tak berjendela,” papar Bu Maria lagi. Semangatnya masih terpancar hingga hari ini hatinya masih ada di sana, di antara anak-anak Pandanwangi meski ia tak lagi berada di sana.

Waktu terus berjalan, tapi selama 20 tahun ini kita bisa melihat bagaimana luar biasanya penyertaan Tuhan dari buah-buah yang dihasilkan oleh perjuangan luar biasa para ibu-ibu guru lainnya yang silih berganti diutus ke sana. Anak-anak Pandanwangi tumbuh dengan mengejar impian mereka, dan tentunya mereka hidup dengan karakter yang ditanamkan para guru. Hingga ketika kita bertandang ke sana kita akan menjumpai anak-anak luar biasa yang penuh semangat.

“Tidak hanya TK, tapi Pandanwangi juga sudah membuka Future Center dan melayani anak-anak yang lulus TK hingga saat ini mereka sudah duduk di bangku SMP,” lanjut Ibu guru Novita Sihotang. Ia melanjutkan pelayanan ini di dekade 2020.“ Jadi anak-anak yang lulus TK tetap terus kami bimbing. Di FC mereka diarahkan untuk bertumbuh menjadi anak-anak yang berkarakter, kami mengasah bakat dan memunculkan potensi mereka,” tambah Novita.

Acara pelepasan anak-anak TKK Pandanwangi Terpadu.

TK Pandanwangi kini sudah dibangun permanen melalui dana desa, kami bisa melihat bagaimana masyarakat juga mencintai TK ini, karena buah-buah yang dihasilkan. Bagaimana mereka melihat anak-anak yang luar biasa yang lahir dari TK dan Future Center kita, kata Novita lagi. Biarlah kami memberikan hidup, menabur benih dan menyirami demi semerbak di Pandanwangi.

Anak-anak TKK Pandanwangi Terpadu beserta guru dan pengurus yayasan.

Tapi masih banyak yang harus diperjuangkan di sini, kami butuh dukungan doa, kata Novita lagi, kami masih bergumul dengan kekurangan tenaga pengajar, saat ini belum sebanding dengan banyaknya anak-anak yang kita didik dan layani. Di samping fasilitas dan infrastruktur belajar-mengajar yang harus juga dipenuhi. (toni)


* PESAT (Pelayanan Desa Terpadu) adalah lembaga pelayanan Kristen interdenominasi yang sejak 1987 terpanggil untuk membangun dan meningkatkan harkat hidup masyarakat desa melalui pelayanan pendidikan.

*Future Center adalah program pembinaan anak usia 0 – 18 tahun yang bertujuan untuk memunculkan potensi seorang anak sepenuhnya dan mengembangkan kapasitas kepemimpinannya sehingga ia menjadi sebagaimana yang Tuhan rencanakan.

Sponsori seorang anak desa di 

Saksikan kami di Channel YouTube: https://www.youtube.com/@PesatOrg/videos

WA: https://wa.me/6285101294002

Instagram: pesat_ministry